Selasa, 14 Juni 2011

Berani Gagal

BERANI GAGAL
Dua kali bertandang ke Hotel Bidakara, menghadirkan nuansa yang berbeda. Kunjungan pertama pada 11 September 2008 dan kunjungan kedua pada 15 Maret 2011.    
Acara pertama diikuti seluruh pelaku dan penanggung jawab PNPM Mandiri Perkotaan dari tingkatan pusat sampai kota/kabupaten. Acara dihadiri seluruh RM, TL, Koorkot dan Askot CD. Bahasannya tunggal, perhitungan dan percepatan penyerapan BLM. Sasaran tembak lebih banyak diarahkan pada TL. Bidikan dilanjutkan oleh TL bersama Satker dan RM kepada Koorkot dan Askot dalam diskusi kecil di intern masing-masing KMW. Acara berjalan formal, biasa dan tidak terlalu menguras emosi. Saya hadir sebagai bagian dari sosok seorang ‘koorkot’.
Acara kedua diikuti berbagai pelaku dan pemerhati pemberdayaan dari berbagai program, lembaga dan daerah. Peserta yang hadir lebih dari 200 orang. Satu di antara peserta adalah Pak Sumardijono (61 tahun) selaku koordinator LKM Durenjaya kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi. Bapak dari 4 anak ini, hadir sebagai narasumber dalam Seminar Nasional Reinventing Pemberdayaan Masyarakat Menuju Indonesia Masa Depan. Pak Sumardijono akan tampil dengan materi “Program Pemberdayaan dan Pembangunan Institusi Berbasis Komunitas” – Best Practise, Prospektus dan Dilematikanya.
Memasuki ruang Binakarna dan kemudian duduk di barisan pertama, badan terasa beda. Bergetar. Lutut gemetaran. Mungkin pengaruh AC. Setengah jam dan 1 jam kemudian, badan  masih tetap gemetaran. Detak jantung juga lebih cepat. Emosi mulai terlibat. Rupanya perlu sosok lebih untuk hadir dalam acara tersebut.
Seminar dimulai pukul 9.30 WIB dengan Diskusi Panel Pertama yang menghadirkan 3 narasumber. Diawali oleh Prof Dr. Robert. M.Z. Lawang, kemudian Prof. Dr. Gunawan Sumodiningrat dan diakhiri oleh Emha Ainun Nadjib. Materi tentang Mazhab, Flatform dan Teologi pemberdayaan yang disampaikan oleh para nasumber, memberikan tambahan pengetahuan dan menenangkan badan ini yang terduduk di kursi ke-7.
Pada Diskusi Panel Kedua dengan 4 narasumber dan salah satunya adalah Pak Sumardijono, dimulai pukul 13.15 WIB. Nuansa itu hadir kembali. Lutut sedikit bergetar. Emosi mulai bergerak. Ritme jantung meningkat. Beberapa menit kemudian, manakala memperhatikan Pak Sumardijono, suasana berangsur ke titik normal. Bapak dengan 7 cucu itu, duduk dengan tenang bersama 3 narasumber lainnya. Tak tersirat gugup. Pa Sumardijono tampil cool.
Selepas narasumber pertama dan kedua, materi berikutnya disampaikan oleh Pak Sumardijono. Waktu yang diberikan moderator hanya 20 menit. Slide mulai ditampilkan operator. Suara Pak Sumardijono yang lembut mulai menyeruak memenuhi ruangan. Setelah sedikit pengantar dan tegur sapa, yang muncul kemudian adalah petaka. Pak Sumardijono terlalu fokus pada hardcopy. Slide sama sekali tidak diliriknya. Materi disampaikan secara tidak berurut. Slide yang tayang di layar, tidak beranjak. Tetap di halaman 1.
Lutut kembali bergetar. Sedikit emosi. Selanjutnya tak terkendali. Beberapa kali wajah disapu kedua telapak tangan. Jari mulai bergerak ke HP. Berkirim SMS menyuarakan isi hati. 6 SMS diterbangkan. Itulah saat “Energi Dalam” terkuras cukup banyak.
17 menit kemudian, Pak Sumardijono menyelesaikan materinya. Sesi tanya jawab dapat ditanggapi dengan baik. Tepuk tangan diberikan oleh seluruh peserta manakala para narasumber beranjak turun dari panggung. Jabat tangan saya ulurkan pada Pak Sumardijono. Melalui pandangan, saya iringi Pak Sumardiyono untuk menerima plakat dari PT Amythas.
Emosi mulai terkendali. Ketenangan mulai merambah ke seluruh urat nadi. Semua diarahkan pada hati yang penuh dengan kelapangan dan maklum. Menuju jiwa yang dapat mensyukuri atas apa yang dihadapi dan menerima dengan rasa bangga. Menerima apa yang telah terjadi sebagai bagian dari BERANI GAGAL. Melakukan koreksi, kemudian hadir dengan sosok yang lebih baik.
                                                                   Keterangan :
                                                                   1. Saya, Pa Sumardijono (tengah) dan
    H. Fudholy (LKM Perwira).
2. Pak Sumardijono di atas panggung.
3. Pa Sumardjono menerima plakat.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | free samples without surveys